(Apakah)Orang Indonesia itu Pemalas (?)

Puluhan tahun lalu, Bangsa Indonesia telah merdeka dari penjajahan Belanda yang sudah memakan waktu beratus-ratus tahun lamanya. Saat itu bendera Indonesia berkibar untuk pertama kalinya (setelah merdeka) dengan begitu gagah, semua peserta upacara proklamasi menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan sangat khidmat. Dan sebenarnya, aku ingin berada di tengah-tengah mereka yang pasti sangat terharu melihat Bapak Proklamator memproklamirkan kemerdekaan bangsa kita setelah peluh dan darah berceceran dimana-dimana untuk merebut kekuasaan kembali dari tangan-tangan para penjajah.

Tapi, sebetulnya disituah titik awal kita Bangsa Indonesia memulai “kehidupan” sebagai Bangsa yang merdeka. Perlu ditekankan bahwa merdeka disini berarti “bebas dari penindasan bangsa penjajah”. Mungkin itulah kata yang paling pas. Secara lahiriyah mungkin kita dapat terbebas dari penjajahan yang terlihat dengan begitu nyata. Tapi, bagiku pribadi Indonesia masih dijajah oleh tangan-tangan rakus yang berniat menguasai dunia dengan mempermainkan kurs ataupun sumberdaya (terutama minyak dunia). Dan penjajahan ini bersifat tidak kentara alias kita seolah-olah merdeka namun sebenarnya kita dibodohi oleh mereka.

Well, tapi sebenarnya bukan itu yang aku bicarakan kali ini. Aku ingin mengulas tentang pola pikir “kebanyakan” yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, yang terinspirasi dari host fatherku (Chinese father) yang notabenenya adalah seorang pengusaha sukses di China.

Saat makan siang bersama, kita berbincang-bincang tentang produk aluminium yang merupakan produk perusahaan host fatherku. Dan beliau mengatakan (mungkin hanya bercanda). (Dengan bahasa Mandarin) “Oke, nanti produk kita akan go International sampai ke Indonesia. Terus, Manda nanti mempromosikan produk kita di Indonesia dan nanti dia jadi Manager untuk wilayah di Indonesia yang berafiliasi langsung dengan “*****Alumium” di China”. Sontak aku sedikit kaget, tapi aku hanya senyum-senyum sambil mengunyah makanan yang masih di mulutku. Dan beiau melanjutkan, “Indonesia itu punya prospek yang sangat tinggi untuk bikin usaha (bagi perusahaan asing), karena orang Indonesia itu pemalas, mereka pada gak suka kerja. Pada gak suka bikin usaha”. Dan mereka (host family ku) tertawa seperti nampak itu hanyalah candaan semata. Namun bagiku, itu bukanlah sebuah candaan semata karena aku tahu apa yang dikatakan oleh beliau itu benar adanya.

Saat itu aku sedikit membela Indonesia dengan mengatakan, “Orang Indonesia itu banyak yang pintar, banyak yang kreatif, banyak yang hebat, tapi kebnayakan mereka yang seperti itu gak mau kerja di Indonesia, mereka maunya kerja di luar negeri yang jelas-jelas gajinya jauh lebih tinggi dan kepintaran mereka itu gak sia-sia, karena mereka bisa dapet uang yang jauh lebih banyak dan bisa mencukupi kebutuhan keluarga dengan lebih baik”. Dan merekapun mengatakan “Oh, iya iya benar juga, ya”.

Honestly, aku sedikit sakit hati terhadap apa yang mereka katakan, namun aku menyadari (kembali) bahwa kami orang Indonesia memang masih miskin mental. Coba lihat, pekerjaan apa yang paling disukai oleh orang Indonesia? Jawabannya adalah PNS. Aku teringat pada perkataan orang tua pada umumnya, “Belajarlah yang rajin, terus masuk PTN bagus, habis itu kerja jadi PNS atau pegawai BUMN”. Bagi kita orang Indonesia, PNS adaalh pekerjaan yang paling menjajikan karena kita bisa bekerja dengan pekerejaan yang layak, dan setelah kita pensiun ada dana pensiun yang menjajikan.

  Kita seolah takut, kita takut mengalami kegagalan. Kita takut miskin, takut tak bisa sesuai harapan ketika kita sudah menyandang gelr sarjana/master/profesor dlsb, yang mana orangtua kita biayai dengan mahal. Aku tidak mau munafik, bahwa aku sendiri juga merasakannya.

Ketakutan itu mungkin sangat dipengaruhi sejarah masa lalu yang membentuk kita untuk mau “hanya hidup enak”, alias kepenak, ayem, tentrem. Kita malas berhadapan dengan masalah, cenderung menghindari konflik bukan menyelesaikan konflik. Kita sangat suka berdiam diri di zona nyaman, karena mental kita itu bukan mental pekerja. Pekerja itu datang pada pagi hari, bekerja, kemudian pulang di petang hari. Ia hanya butuh melakukan instruksi dari pemimpinnya, dan mengerjakan apa yang telah disuruh. Kemudian di akhir bulan, para pekerja akan mendapatkan gaji dari bossnya.

Well, coba kita figure out, sebenernya ada apa aja sih, tipe-tipe orang di dunia?

1.      Tipe pemimpin
Dia harus menjadi yang terdepan, dia mau yang terbaik untuk apa yang ada di tangannya atau apa yang ia pegang. Dia sangat gila akan kekuasaan dan jabatan. Dia adalah orang yang ambisius, dan mau menjadi lebih dari yang lain, dan tidak takut akan resiko.
2.      Tipe pemberi ide/orang yang kreatif
Sebenarnya dia adalah harta dari sebuah perusahaan atau institusi. Dia yang akan menghidupkan kembali apa yang telah mati atau hampir mati. Si pemberi ide ini akan memberikan inovasi, terus berusaha melakukan upgrade. Terkadang dia takut akan resiko, namun pikirannya terus berkembang.
3.      Tipe pekerja
Dialah yang Maha-mematuhi. Segala hal yang ada pada dirinya mungkin tergantung pada si pemimpin atau si Boss. Dia tidak harus memikirkan hal ini atau itu seperti si pemberi ide. Dia tidak perlu mengambil resiko seperti tipe pemimpin, dan tidak perlu capek-capek memberikan inovasi/ide baru. Yang ia lakukan adalah datang untuk bekerja, patuhi instruksi lalu pulangm dan di awal bulan akan mendapat gaji.   



Coba hitung, berapa jumlah pengusaha di Indonesia, dan berapa jumlah perusahaan asing di Indonesia. Banyak sekali perusahaan asing yang menanamkan modal dan usaha di Indonesia. Oke, Indonesia mungkin masih bisa mendapatkan keuntungan dengan sistem pajak yang diterapkan dan juga penyediaan lapangan kerja bagi bangsa Indonesia sendiri, namun  bandingkanlah jika perusahaan-perusahaan itu banyak yang dimiliki oleh orang Indonesia. Dan orang Indonesia bahkan menanamkan modalnya sampai ke luar negeri. Pastilah Indonesia itu akan lebih makmur karena dari tingat eknonomi masyarakatnya juga makmur.

Mengapa menjadi pengusaha bagi Bangsa Indonesia itu sangat direkomendasikan?

1.      Indonesia adalah negara berkembang.
Bagi negara berkembang, yang perekonomiannya masih dalam tingkat menengah atau menengah ke bawah, menjadi pengusaha adalah hal yang bisa menjadi pilihan yang tepat. Karena menjadi pengusaha sebenranya tidak dibutuhkan pendidikan yang sangat tinggi. Jika, di Indonesia banyak lulusan SMA, SMP atau bahkan SD yang tidak bisa melanjutkan sekolah karena alasan ekonomi, maka mulai dengan membuat usaha kecil-kecilan mungkin bisa menjadi pilihan. Daripada “membantu” meningkatkan tingkat pengangguran di Indonesia, bekerja kecil-kecilan dengan ikhlas dan seenuh hati adalah piihan yang sangat tepat.
2.      Indonesia memiliki populasi terbanyak keempat di dunia.
Sangat-sangat logis bahwa dengan banyaknya penduduk, menjadi pengusaha adalah hal yang baik dan dianjurkan. Ketika jumlah penduduk itu banyak, maka lapangan pekerjaan yang dibutuhkan juga banyak. Jika pengusaha itu banyak, maka peluang kerja itu pasti akan bertambah karena si pembuat usaha sendiri akan mendapat pekerjaan secara otomatis atas usaha yang ia bangun/miliki, dan di dalam usahanya akan menyerap tenaga kerja yang akan membantu mengurangi pengangguran.
3.      Pada dasarnya orang Indonesia itu kreatif. Coba lihatlah karya-karya anak bangsa yang sangat diapresiasi bahkan hingga di luar negeri.
Sepengetahuanku, dibanding sebuah negara (unmentioned) orang Indonesia itu lebih kreatif, mereka memiliki banyak karya-karya dalam berbagai bidang, dan dalam menjalankan suatu bisnis juga tergolong kreatif dan unik. Orang Indonesia tahu bahwa meng-imitasi itu merupakan tindakan yang kurang baik. Dilihat dari produknya, produk-produk Indonesia cenderung original dan bukan imitation. Sebut saja JOGER, atau DAGADU.

Well, apapun yang telah kusebutkan disini adalah murni dari apa yang aku pikirkan. Jika ada kesalahan atau kritik dan saran, kalian boleh banget komentar untuk perbaikan atau motivasiku kedepannya. Thank you for reading J




Komentar

Postingan Populer