Definisi Kesempurnaan Manusia
Banyak dari kita yang merasa kagum saat melihat seseorang yang dapat dengan "mudahnya" mencapai sebuah kesuksesan. Entah yang berasal dari kepintarannya, kecantikan/ketampanannya, atau kekayaannya dan kepopulartisannya.
Banyak dari yang seringkali mendefinisikan hal-hal yang sangat empirik tersebut sebagai salah satu bentuk kesempurnaan dari seorang manusia. Hingga dalam hati kita, kekaguman tersebut berubah menjadi pertanyaan besar, "Mengapa dia begitu sempurna, sedangkan aku tidak?". Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang bisa jadi baik, namun saya bisa memastikan bahwa kalimat ini bukanlah kalimat yang biasa diucapkan dengan nada membangun. Kalimat ini adalah racun yang akan mempengaruhi pikiran kita, untuk menyematkan predikat-predikat buruk tentang diri sendiri. "Kenapa ya, kok aku tidak sepintar dia?", "Andai saja aku bisa serupawan dia", "Andai saja aku punya orang tua kaya yang bisa memberikan apapun padaku" dst.
Jika kalian adalah manusia normal, percayalah bahwa kalimat memiliki kekuatan untuk membangun dan juga menghancurkan diri kita. Sebagaimana makanan yang kita konsumsi sehari-hari, kalimat yang diucakan terus menerus (baik secara lahiriyah maupun batiniyah) akan membentuk siapa diri kita. Apakah kita adalah seorang pecundang, pemenang, orang berhati besar, atau orang yang kalah bahkan sebelum bertanding (red. putus asa)?
Hal yang kemudian menjadi menarik adalah pemaknaan kata "sempurna" itu sendiri. Mengapa kita bisa menyebut orang lain yang kita kagumi itu "sempurna"? Sejujurnya, tidak ada yang bisa menjawab hal ini secara pasti dan general, karena hal tersebut bersifat sangat subjektif. Jawabannya, tentu saja terletak pada diri kita sendiri. Bagaimana kita bisa mengkonstruksikan nilai-nilai kehidupan dalam diri kita, dan apa yang kemudian hadir dalam standar yang akan kita buat.
Menjadi manusia, bukanlah melulu soal "pencapaian fisik". Menjadi manusia adalah bagaimana kita yang seonggok daging ini bisa menemukan arti kehidupan yang sesungguhnya. Apa yang benar-benar ingin kita tuju dalam hidup? Kepintaran, kecantikan, kekayaan, dlsb hanyalah jalan untuk mencapai tujuan akhir kita. Bahkan beberapa dari hal tersebut bisa berubah menjadi bencana bagi pemiliknya. Kita mungkin bisa terinspirasi, tapi kita juga harus menyadari bahwa hal-hal tersebut bukanlah yang terpenting, karena semuanya bisa hilang begitu saja, jika Tuhan menghendakinya.
Kalau kita memfokuskan diri pada pencapaian yang bisa dilihat oleh manusia, maka kita akan mendapatkan pujian dari manusia. Namun, pertanyakanlah sekali lagi pada diri kita sendiri, "Apakah itu adalah hal yang terpenting? Apakah itu yang benar-benar menjadi tujuan akhir kita?" Pujian manusia tentu saja sangat membahagiakan, namun ada hal yang lebih penting dari sekedar bahagia, yakni memahami. Karena dengan pemahaman yang benar itulahlah kita akan menjadi seseorang yang benar, bukan hanya baik ataupun bahagia.
Sebagai hamba, kita harus sama-sama saling mengingatkan, berlatih untuk hanya mengakui bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah, dalam segi apapun. Manusia bisa saja mendekati sempurna, tapi kita tidak akan pernah bisa mengukur kesempurnaan seseorang melalui hal-hal yang empirik saja. Menafikkan hal-hal yang berada di dalam diri, sama saja menafikkan diri kita sebagai manusia.
Jadi, apa itu definisi kesempurnaan manusia?

Komentar
Posting Komentar